Can I bring back the way we where

perhaps in a cloud I will find a whisper. “Can I bring back the way we where” is published by Nancy Glynn.

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Khawatir

Gavin meremas kuat rambutnya. Ia berteriak tertahan. Air matanya tak hentinya keluar. Matanya memerah. Ia seolah menahan agar iblis dalam dirinya tidak keluar dan membuatnya hilang kendali akan dirinya sendiri.

Gavin berteriak histeris, nafasnya tersengal. Berkali kali ia membenturkan kepalanya ke tembok dan berkali kali pula ia memukul dadanya dengan sangat keras. Seolah itu bisa menghentikan sesak yang sangat di dalam dadanya. Gavin bergerak tak karuan, berguling sambil meremas rambutnya dengan tangisan pilu yang tak henti-hentinya. Bahkan saat ini sudah banyak memar dan luka di kepala dan tangannya.

Kambuh lagi.

Ricky dan Ginting akhirnya bertemu di taman kota. Mereka sangat panik. Sembari menepikan motor, mereka langsung berbicara.
"Tempat mana biasanya?" Tanya ricky penuh nada khawatir. Ia sangat gusar.

"Buntu gue sumpah. Udah beberapa bulan ini dia gapernah kambuh, jadi gapernah kemana mana kan? paling taman atau alun alun. Tadi gue udah kesana, ganemu, sialan. Gue takut ini beneran kambuh lagi" Kata ginting. Ia sedikit berkaca kaca saking cemasnya.

"Duuh otak gue susah banget disuruh mikir kalau lagi mendesak gini. Brengsek" Sambungnya.

Ricky masih mencoba berpikir. Ia menimbang kemungkinan yang ada.
"Gue tau. Sumpah gue cuma kepikiran satu ini" Kata ricky.

"Sebutin cepet njing"
"Rumah satunya. Lembang"
"Oke. Ayo buru"

Akhirnya mereka bergegas menuju lokasi yang diberitau oleh ricky. Ya, rumah kedua. Rumah yang sebenarnya dijadikan sebagai aset dan investasi. Lembang. Ya, itu villa keluarga gavin. Letaknya cukup dipojok dengan view yang sangat indah dari villa lain di lokasi itu.
Ginting dan ricky benar benar memacu kendaraan mereka dengan kecepatan sangat tinggi. Jika disekitar sana ada polisi yang berjaga, mungkin mereka sudah ditilang dan dikejar. Pengendara lain tak jarang juga memperingati mereka yang hampir beberapa kali menyerempet kendaraan lain.

Setengah jam.
Ya, lembang jauh bukan?

Ricky dan Ginting melempar helm mereka begitu saja dan langsung naik ke villa.
"Sialan! Dikunci Rick" Kata Ginting.
"Kita dobrak" Kata Ricky.

"Satu...
"Dua...
BRAKK

Setelah percobaan ketiga dengan tenaga penuh, pintu itu terlepas dari engselnya. Ricky dan Ginting dengan menggila, mencari Gavin ke setiap ruangan. Hingga mereka mendengar suara rintihan di lantai dua, Mereka bergegas naik.

"Dikunci lagi monyet" Kata ricky.
Lagi, mereka mencoba mendobrak pintu itu sembari meneriaki nama gavin. Dalam beberapa kali percobaan, akhirnya pintu itu terbuka.

"ANJING"
"GAVIN!!”

Tentu saja mereka kaget. Kondisi gavin sangat kacau. Kepalanya berdarah di beberapa bagian. Telapak tangannya pun sama. Ia mencengkram terlalu keras. Air mata yang hampir mengering, baju yang sudah tidak karuan. Benda benda yang pecah, serta darah dari hidung gavin yang sudah mengering.
Ginting total menangis. Ia mencoba setenang mungkin untuk menyadarkan gavin. Ricky pun sama.

"Gavin udah, plis, lu nyiksa diri banget. Tenang gavin, tenang" Ucap gunting sedikit terisak.
Ricky menghentikan pergerakan kedua tangan gavin yang masih mencoba menampar dirinya sendiri dan menarik rambutnya. Ricky menggenggam kuat tangan gavin. Ia mencoba melepas cengkraman jemari gavin yang kuat, yang membuat telapak tangannya semakin banyak mengeluarkan darah.

"Gavin, gue sama ginting disini. Kita dipihak lo. Lo ga sendiri. Jadi tolong, berhenti nyiksa diri lo kaya gini. Kita ngerti dan sangat paham"

"APA YANG LO PAHAM BRENGSEK, LO SEMUA GA NGERTI APA APA. PERGI, ANJING! GUE MUAK SAMA SEMUANYA" Gavin berteriak pada ricky dan ginting. Namun mereka tidak menggubrisnya. Dalam kondisi begini, hanya satu yang bisa mereka lakukan.

Menahan pergerakan gavin, dan meyakinkannya bahwa semua akan baik baik saja.

Add a comment

Related posts:

Lost in Pamplona

One of my biggest fears about starting Remote Year was the language barrier in each destination. I had traveled internationally in the past, but it was generally to English-speaking locations or with…

Farranfore

While he was on fire, he saw into all worlds. In those few moments he was welcome in all worlds. -John Moriarty If you eat the food offered in the other world you cannot return. Is it so bad, to…

Warning Signs That Your Company Culture is out of Shape

Whenever someone interviews at an organization, “company culture” is an important factor that will likely impact the decision to take on a new role. Company culture can be defined as the personality…